SASTRA
Sastra berasal dari
kata castra berarti
tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam
tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan,
kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang dan sebagainya.
Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam
konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi,
pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya
manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan
dan pemikirannya.
Dalam perkembangan berikut kata sastra sering
dikombinasikan dengan awalan “su” sehingga menjadi susastra, yang diartikan
sebagai hasil ciptaan yang baik dan indah
Dalam konteks kesenian,kesustraan adalah salah satu bentuk
atau cabang kesenian,yang menggunakan media bahasa sebagai alat pengungkapan
gagasan dan perasaan senimannya, sehingga sastra juga disamakan dengan cabang
seni lain seperti seni tari,seni lukis, dan sebagainya.
Ada tiga hal yang berkaitan dengan pengertian sastra,
yaitu ilmu sastra teori sastra dan karya sastra.
Ilmu sastra adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
secara ilmiah berdasarkan metode tertentu mengenai segala hal yang yang
berhubungan dengan seni sastra.
Pengajaran tentang sastra biasanya bersumber dari
pengetahuan tentang sastra. Pengetauhuan tentang sastra atau yang dikenal pula
sebagai literary studies, oleh para ahli dibagi menjadi tiga cabang, yakni:
teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra.
Ilmu
sastra sebagai salah satu aspek kegiatan sastra meliputi hal-hal berikut
:
a. Teori sastra,yaitu cabang
ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-asas hokum-hukum,prinsip
dasar,seperti struktur,sifat-sifat,jenis-jenis, serta sistem sastra.
b. Sejarah sastra,yaitu ilmu
yang mempelajari sastra sejak timbulnya hingga perkembangan yang terbaru.
c. Kritik sastra,yaitu ilmu yang
mempelajari karya sastra dengan memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap
karya sastra.kritik sastra dikenal juga telaah sastra.
Ketiga cabang ilmu tersebut tentunya mempunyai
keterkaitan satu sama lain dalam rangka memahami sastra
kesuluruhan(timbal-balik).
Secara urutan waktu sastra di Indonesia terbagi atas
beberapa angkatan, yaitu Angkatan Pujangga Lama, angkatan Sastra Melayu Lama,
angkatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga Baru, angkatan 1945, angkatan
1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan 1980-1990an, angkatan Reformasi,
angkatan 2000-an.
a. Pujangga
Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikaian karya
sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya
satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya
Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara
pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul
karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara
penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan
Aceh pada
abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah
karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf
Singkil, sertaNuruddin ar-Raniri.
Karya sastra pujangga lama antara lain :
· Sejarah
Melayu, Hikayat Aceh, Hikayat Amir Hamzah, Syair Bidasari, Syair Ken Tambunan,
Syair Raja Mambang Jauhari.
b. Sastra
Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun
1870-1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti “Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah
Sumatera lainnya”, orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.
Karya sastra Melayu lama:
· Kapten
Flambeger(terjemahan), Rocamble(terjemahan), Kisah perjalanan Nahkoda Bonteko.
c. Angkatan Balai
Pestaka
Di ikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak
tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai
Pustaka. Prosa(roman, novel, cerita
pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun,
gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah
pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu
Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki
misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu
bahasa Melayu-Tinggi, bahasa
Jawadan bahasa
Sunda; dan
dalam jumlah terbatas dalam bahasa
Bali,bahasa Batak, dan bahasa
Madura.
Karya sastra angkatan Balai Pustaka :
· Merari
Siregar : Azab dan Sengsara(1920), Binasa kertna gadis Priangan(1931), dll.
· Marah
Roesli : Siti Nurbaya (1920), La Hami(1924)
d. Pujangga
Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya
sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada
masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme
dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual,
nasionalistik dan elitis.
Balai Pustaka (tahun 1930 – 1942), dipelopori
oleh Sutan Takdir
Alisyahbana.
Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh
para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang.
Karya sastra pujangga baru :
· Sutan
Takdir Alisjahbana : Dian tak kunjung Padam (1932), tebaran mega-kumpulan
sajak(1935), Layar terkembang(1936), dll.
e. Angkatan
1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya
telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ’45. Karya sastra angkatan ini lebih
realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik.
Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan
merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil
Anwar.
Sastrawan angkatan ’45 memiliki konsep seni yang diberi judul “Surat
Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan
’45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga
Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria “Jalan lain menuju Roma”
dan “Atheis” dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia. Karya Sastra
Angkatan 1945:
· Chairil
Anwar : o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)
f. Angkatan
1950-1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah
sastra Kisahasuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra
yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut
bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Pada
angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung
dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang
berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan
dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada
awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena
masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan
pecahnya G30S di Indonesia. Karya Sastra Angkatan 1950-1960-an
:
g. Angkatan
1966-1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra)pimpinan Mochtar
Lubis Semangat
avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada
angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya
sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. PenerbitPustaka
Jaya sangat
banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan
pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye,Purnawan
Tjondronegoro, Djamil
Suherman, Bur
Rasuanto,Goenawan
Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk
paus sastra Indonesia, H.B. Jassin. Karya Sastra 1966-1970-an :
· Taufik
Ismail : Malu (aku) Jidi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, dll.
· Leon
Agusta : Monumen Safari (1966), catatan putih(1975), dll.
h. Angkatan
1980-1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah
tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan
sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga
T. Karya
sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan
penerbitan umum. Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an
ini antara lain adalah: Remy
Sylado,
Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja,
Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman
Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin
Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita
Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya
antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati,
dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang
ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama
biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.Mira W dan Marga T
adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang
menjadi ciri-ciri novel mereka.
Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah
wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih
dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan
untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an
biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Karya sastra angkatan
1980-1990-an: ahmadun yosi herfanda : Ladang Hijau(1980),sajak penari(1990).sebelum
tertawa dilarang(1997), dll.
Y.B
Mangunwijaya : burung-burung manyar(1981)
Budi
darma : olenka (1983)
i. Angkatan
Reformasi.
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari
tanganSoeharto ke BJ Habibie lalu KH
Abdurahman Wahid (Gus Dur) danMegawati Sukarnoputri, muncul wacana
tentang “Sastrawan Angkatan Reformasi”. Munculnya angkatan ini ditandai dengan
maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema
sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama
berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak
reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi
juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan
sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan
jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi
politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran
karya-karya sastra puisi, cerpen, dan novel pada saat itu. Bahkan,
penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep
Zamzam Noer,
dan Hartono
Benny Hidayat dengan
media online: duniasastra.com – nya, juga ikut meramaikan suasana
dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi :
j. Angkatan
2000-an.
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan
Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru
bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana
tentang lahirnya “Sastrawan Angkatan 2000”. Sebuah buku tebal tentang Angkatan
2000 yang disusunnya diterbitkan olehGramedia, Jakarta pada tahun
2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra
dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai
menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal
Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an,
sepertiAyu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Karya Sastra Angkatan 2000-an :
·
Ayu
utami: saman (1998), larung(2001).
·
Dewi
lestari :
Sumber
: buku bahasa indonesia
sugiartiika.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar